Dituding Penyelewengan Kegiatan, Kades Puuwonua: Yang Kritik Tidak Pernah Ikut Rapat. Foto: Ist
KONAWE, NOTIFSULTRA.ID - Kepala Desa Puuwonua, Syarifuddin, membantah dan angkat bicara terkait isu penyelewengan kegiatan dan pelayanan di Desa Puuwonua.
Syarifuddin mengaku bahwa pembangunan MCK memang tidak masuk dalam Musdes, namun sudah tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) desa.
"Memang dalam Musdes tidak ada pembahasan soal MCK, tapi itu sudah ada dalam RPJM. Tidak ada penyelewengan," tegasnya.
Menurutnya, keputusan mengalihkan anggaran dari rehabilitasi balai desa ke pembangunan MCK didasarkan pada pertimbangan anggaran yang tersisa. Saat penyusunan APBDes, setelah semua regulasi 2024 dihitung, dana untuk rehabilitasi balai desa hanya tersisa Rp 70 juta lebih.
"Saya pikir dengan dana seperti itu, rehab balai desa justru akan terbengkalai. Sementara saya harus menghadapi lomba desa tahun ini. Kalau balai desa dibongkar, kita mau pinjam gedung di mana?" jelasnya.
Ia juga menegaskan bahwa regulasi tidak mengizinkan pembangunan atau rehabilitasi balai desa menggunakan dana desa. Oleh karena itu, setelah lomba desa selesai, ia berencana membangun gedung serbaguna, bukan balai desa.
Menanggapi klaim bahwa anggaran awal untuk rehabilitasi balai desa mencapai Rp 400 juta, Syarifuddin membantah keras.
"Saya tidak tahu dari mana angka Rp 400 juta itu muncul. Itu fitnah," ujarnya.
Ia juga membantah bahwa lima program pembangunan yang disebut tidak dibahas dalam Musdes. Menurutnya, tuduhan tersebut berasal dari pihak-pihak yang tidak pernah hadir dalam rapat desa.
"Waktu Musdes, yang hadir hanya sedikit karena masyarakat masih belum move on pasca Pilkades. Yang banyak bicara ini justru mereka yang tidak ikut rapat, jadi saya tidak tahu dari mana mereka dapat informasi itu," tegasnya.
Lebih lanjut, Syarifuddin menyebut bahwa masyarakat seharusnya bersyukur atas pembangunan MCK yang telah diubah fungsinya menjadi tempat wudhu di samping masjid.
"Tempat wudhu di halaman depan masjid sudah mulai membahayakan kondisinya. Ini menjadi salah satu perhatian kami terhadap rumah ibadah," katanya.
Ia juga menyoroti bahwa beberapa pihak yang kini mengkritik pembangunan tersebut justru jarang terlihat di masjid
"Yang paling banyak bicara soal masjid ini, dalam tiga tahun terakhir baru dua kali muncul di masjid," ujarnya.
Syarifuddin berharap masyarakat dapat memahami alasan di balik kebijakan pembangunan MCK dan tidak mudah percaya pada isu yang berkembang tanpa dasar yang jelas.
Laporan: Rahmat