Kepala Dinas Cipta Karya Bina Konstruksi dan Tata Ruang Sultra, Martin Efendi Patulak beber progres pembangunan patung Haluoleo capai 20 persen. Foto: Ary
KENDARI, NOTIFSULTRA.ID – Progres pembangunan Patung Haluoleo di Kawasan Bandara Haluoleo Kendari kini telah mencapai 20 persen.
Patung yang diharapkan menjadi ikon kebanggaan baru bagi masyarakat Sulawesi Tenggara ini terus menunjukkan perkembangan yang positif.
Dinas Cipta Karya Provinsi Sulawesi Tenggara menyatakan bahwa pembangunan berjalan sesuai dengan rencana tanpa kendala yang berarti.
Kepala Dinas Cipta Karya, Bina Konstruksi, dan Tata Ruang Provinsi Sulawesi Tenggara, Martin Efendi Patulak, menyebut bahwa seluruh proses pembangunan, yang dimulai beberapa bulan lalu, telah disusun dengan target dan tahapan yang jelas untuk memastikan pengerjaan selesai tepat waktu.
Martin menjelaskan, pihaknya berkomitmen untuk menyelesaikan setiap tahapan pembangunan secara teliti dan tepat waktu. Seluruh pihak yang terlibat terus berupaya menjaga kualitas serta keamanan konstruksi yang sesuai standar.
Pembangunan Patung Haluoleo ini telah dirancang sebagai penghormatan bagi tokoh pahlawan nasional Haluoleo, yang dikenal luas di Sulawesi Tenggara sebagai figur sentral dalam sejarah, budaya, serta simbol persatuan tiga etnis besar di daerah ini.
![]() |
Miniatur patung pahlawan Haluoleo. Foto: Ary |
Haluoleo dikenal dengan nama Lakilaponto di wilayah Muna, Sultan Murhum di Buton, dan tetap dengan nama Haluoleo di daratan Sulawesi Tenggara. Ketiga identitas ini menggambarkan persatuan dan harmoni di antara berbagai suku yang ada di Sulawesi Tenggara.
Patung setinggi 9 meter ini diharapkan dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan dan masyarakat lokal. Dengan penempatannya yang strategis di dekat Bandara Haluoleo, patung ini diprediksi akan menjadi objek ikonik bagi siapa saja yang berkunjung ke Sulawesi Tenggara, baik wisatawan nusantara maupun mancanegara.
Patung ini bukan hanya lambang budaya, tetapi juga pengingat atas sejarah yang kuat di wilayah tersebut. Selain itu, pembangunan patung ini sejalan dengan upaya pemerintah provinsi untuk memperkuat identitas lokal serta memperkenalkan kekayaan sejarah dan budaya Sulawesi Tenggara kepada dunia.
Pembangunan Patung Haluoleo ini diperkirakan akan menghabiskan anggaran sekitar Rp2,6 miliar. Menurut Martin, dana tersebut dialokasikan tidak hanya untuk pembangunan struktur fisik patung tetapi juga untuk penyempurnaan fasilitas pendukung yang akan menunjang pengalaman para pengunjung, seperti taman di sekeliling patung, pencahayaan yang estetik, dan akses jalan yang nyaman.
"Kami berharap Patung Haluoleo dapat menjadi daya tarik wisata yang menarik dan dapat meningkatkan jumlah kunjungan ke wilayah ini," jelas Martin.
Tak hanya menjadi ikon visual, Patung Haluoleo diharapkan dapat menjadi simbol persatuan dan semangat bagi generasi muda Sulawesi Tenggara.
Seperti yang diketahui, tokoh Haluoleo memiliki nilai historis yang sangat penting, karena mampu menginspirasi masyarakat dalam menjaga dan merawat kerukunan serta solidaritas antar-etnis di Sulawesi Tenggara.
Pembangunan patung ini juga mendapat dukungan penuh dari masyarakat setempat, yang merasa bangga atas pengangkatan tokoh Haluoleo sebagai simbol kehormatan dan kebanggaan daerah.
Lebih lanjut, patung ini akan dilengkapi dengan informasi-informasi sejarah mengenai Haluoleo, sehingga masyarakat, terutama generasi muda, dapat memahami lebih dalam tentang nilai-nilai kepahlawanan dan pengabdian yang dimiliki Haluoleo.
![]() |
Awal pembangunan patung pahlawan Haluoleo di Bundaran Bandara. Foto: Ary |
Melalui pemahaman tersebut, diharapkan masyarakat akan lebih menghargai dan melestarikan sejarah serta nilai-nilai luhur yang diwariskan oleh leluhur mereka. Selain itu, patung ini direncanakan akan menjadi bagian dari agenda-agenda perayaan budaya di Sulawesi Tenggara, di mana diadakan kegiatan budaya dan upacara penghormatan yang dapat mempererat rasa persatuan masyarakat.
Target penyelesaian pembangunan pada Desember 2024 juga menjadi bentuk komitmen pemerintah provinsi dalam membangun fasilitas publik yang berkualitas dan tepat waktu.
Hal ini merupakan bagian dari upaya besar untuk mempercantik Kota Kendari serta meningkatkan daya tarik destinasi wisata di wilayah ini.
"Kami ingin Patung Haluoleo ini menjadi tidak hanya simbol budaya, tetapi juga kebanggaan bersama yang mencerminkan Sulawesi Tenggara sebagai daerah dengan budaya yang kaya dan masyarakat yang bersatu,” tambah Martin.
Dinas Cipta Karya berharap kehadiran Patung Haluoleo dapat menginspirasi lebih banyak karya-karya budaya lainnya di Sulawesi Tenggara, baik yang berbentuk fisik maupun non-fisik, sehingga Sulawesi Tenggara semakin dikenal dengan identitas budayanya yang kuat.
Dengan langkah ini, pemerintah provinsi optimis bahwa pembangunan patung ini akan berdampak positif, baik secara sosial maupun ekonomi, bagi masyarakat Sulawesi Tenggara di masa mendatang.
Laporan: Ary