Iklan

iklan

Dinas Cipta Karya Sultra Gagas Rehabilitasi Kawasan Kumuh Menuju Destinasi Wisata Budaya

Minggu, 10 November 2024 | 08:05 WIB Last Updated 2024-11-12T00:30:31Z


Dinas Cipta Karya Sultra Gagas Rehabilitasi Kawasan Kumuh Menuju Destinasi Wisata Budaya. Foto: Ist
KENDARI, NOTIFSULTRA.ID
- Provinsi Sulawesi Tenggara menyimpan kekayaan alam dan budaya yang luar biasa, yang selama ini menjadi daya tarik utama bagi wisatawan lokal dan mancanegara. 

Terkenal dengan keindahan alam bawah lautnya, kawasan Wakatobi menawarkan pesona terumbu karang yang diakui dunia, menarik para penyelam dari berbagai negara. 

Selain itu, kekayaan budaya Sulawesi Tenggara juga meliputi tradisi tenun khas Konawe dan situs bersejarah Benteng Keraton Buton yang merupakan simbol kejayaan masa lalu. 

Kombinasi wisata bahari dan budaya ini menempatkan Sulawesi Tenggara sebagai destinasi wisata yang sangat potensial di Indonesia.

Namun, di balik potensi wisata yang memukau, Sulawesi Tenggara masih menghadapi tantangan besar dalam aspek permukiman. Berdasarkan data Dinas Cipta Karya, Bina Marga, dan Tata Ruang, provinsi ini memiliki sekitar 1.127,36 hektar kawasan permukiman kumuh dengan 165.657 unit rumah yang tergolong tidak layak huni. 

Menurut Kepala Dinas Cipta Karya, Bina Marga, dan Tata Ruang Sulawesi Tenggara, Martin Efendi Patulak, kondisi permukiman kumuh ini berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, meski provinsi ini memiliki potensi pariwisata yang besar.

Dinas Cipta Karya Sultra bakal Rehabilitasi Kawasan Kumuh menjadi Destinasi Wisata Budaya. Foto: Ist

Untuk mengatasi permasalahan ini, Dinas Cipta Karya menggagas program inovatif: "Rehabilitasi Kawasan Kumuh Menuju Kawasan Destinasi Wisata Budaya." 

Martin menyebutkan bahwa program ini tidak hanya fokus pada perbaikan fisik, tetapi juga pada pemberdayaan masyarakat serta pengembangan pariwisata berkelanjutan yang akan mengubah kawasan kumuh menjadi daya tarik wisata budaya. 

"Program ini kami rancang untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakat dan mengangkat potensi budaya yang ada agar menjadi daya tarik wisata," ujarnya.

Namun, dalam pelaksanaannya, program ini menghadapi lima tantangan kebijakan utama. Pertama, keterbatasan anggaran menjadi kendala serius dalam penyediaan infrastruktur dan perbaikan rumah warga. 

Dana yang dibutuhkan untuk memperbaiki kawasan kumuh hingga menjadi destinasi wisata budaya sangat besar, sementara anggaran yang tersedia masih jauh dari cukup.

Kedua, koordinasi antar instansi terkait seperti Dinas Perumahan, Dinas Pariwisata, dan Dinas Kebudayaan masih perlu ditingkatkan. Martin menekankan bahwa sinergi antara instansi merupakan kunci untuk mempercepat implementasi program ini secara efektif.

Ketiga, pelibatan masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan program masih minim. Padahal, partisipasi masyarakat sangat penting agar program ini dapat berjalan dengan baik dan berkelanjutan. 

Keempat, kurangnya tenaga ahli di bidang pengembangan kawasan kumuh dan pariwisata juga menjadi hambatan dalam merancang dan melaksanakan program ini secara optimal.

Kelima, peraturan daerah yang mendukung program ini masih belum memadai. Dibutuhkan regulasi yang jelas untuk mengatur pengelolaan kawasan kumuh serta pengembangan destinasi wisata budaya agar setiap langkah program ini memiliki landasan hukum yang kuat.

Dinas Cipta Karya Sultra Gagas Rehabilitasi Kawasan Kumuh Menuju Destinasi Wisata Budaya. Foto: Ist

Untuk mengatasi kendala tersebut, Martin menyarankan strategi yang komprehensif. Strategi ini mencakup pengembangan model pembiayaan yang inovatif, penguatan kelembagaan dan koordinasi antar instansi, serta optimalisasi pelibatan masyarakat dalam setiap tahap program. 

Menurutnya, salah satu rekomendasi prioritas adalah meningkatkan keterlibatan masyarakat agar mereka merasa memiliki program ini dan mendukung keberlanjutannya. Dengan melibatkan masyarakat secara aktif, diharapkan masyarakat setempat dapat turut menjaga dan merawat hasil pembangunan ini.

Selain itu, pengembangan pariwisata berkelanjutan yang berwawasan lingkungan dan pelestarian budaya lokal juga menjadi fokus utama. Konsep wisata berbasis budaya ini tidak hanya meningkatkan kualitas hidup masyarakat, tetapi juga menjaga keunikan Sulawesi Tenggara sebagai destinasi wisata yang autentik.

Melalui pendekatan yang menyeluruh ini, Martin optimis bahwa program rehabilitasi kawasan kumuh menuju destinasi wisata budaya akan membawa manfaat besar bagi masyarakat Sulawesi Tenggara, baik dalam peningkatan kesejahteraan ekonomi maupun pelestarian budaya. 

Upaya ini diharapkan dapat memperkuat daya saing pariwisata Sulawesi Tenggara dan menarik minat wisatawan untuk tidak hanya menikmati keindahan alamnya, tetapi juga mendalami nilai-nilai budaya yang ada.

Laporan: Ary

iklan
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Dinas Cipta Karya Sultra Gagas Rehabilitasi Kawasan Kumuh Menuju Destinasi Wisata Budaya

Trending Now

Iklan

Iklan

Iklan