Kepala bidang cipta karya ungkap Progres Pembangunan Patung Halu Oleo di Bandara Halu Oleo Kendari Capai 75%, Rampung Desember 2024. Foto: Feby
KENDARI, NOTIFSULTRA.ID – Pembangunan Patung Halu Oleo yang berada di Bandar Udara Halu Oleo, Kabupaten Konawe Selatan (Konsel), yang dikerjakan oleh Dinas Cipta Karya, Bina Konstruksi, dan Tata Ruang Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), kini telah mencapai 75% progres pengerjaannya.
Patung yang memiliki tinggi total sembilan meter ini terdiri dari dua bagian yaitu dudukan setinggi tiga meter dan patung setinggi enam meter.
Patung tersebut sedang dalam proses pembuatan di Yogyakarta, sementara konstruksi dudukannya dikerjakan di Sultra. Patung ini terbuat dari tembaga, sedangkan bagian dudukannya akan dilapisi dengan granit marmer.
"Kami memang tidak membangun patung ini langsung di lokasi, melainkan mencetaknya di Yogyakarta. Sementara itu, kami sedang mempersiapkan dudukannya di sini," kata La Liusu, Kepala Bidang Cipta Karya Dinas Cipta Karya, Bina Konstruksi dan Tata Ruang Provinsi Sultra, Rabu (20/11/2024).
Pembangunan patung ini memerlukan anggaran sebesar Rp2,6 miliar dan diharapkan akan selesai pada bulan Desember 2024.
"Insya Allah, patungnya akan segera tiba di Kendari, dan kami menargetkan proyek ini selesai pada bulan Desember sesuai dengan kontrak yang berlaku," jelas La Liusu.
Progres Pembangunan Patung Halu Oleo di Bandara Halu Oleo Kendari Capai 75%, Rampung Desember 2024. Foto: Ary
Sebelumnya, Kepala Dinas Cipta Karya Bina Konstruksi dan Tata Ruang, Marten Effendi menjelaskan bahwa patung Halu Oleo ini memiliki makna yang mendalam, sebagai simbol persatuan tiga etnis besar di Sultra, yaitu Lakilaponto dari Muna, Sultan Murhum dari Buton, dan Halu Oleo dari daratan Sulawesi Tenggara.
Martin Efendi Patulak, menyebut bahwa seluruh proses pembangunan, yang dimulai beberapa bulan lalu, telah disusun dengan target dan tahapan yang jelas untuk memastikan pengerjaan selesai tepat waktu.
Martin menjelaskan, pihaknya berkomitmen untuk menyelesaikan setiap tahapan pembangunan secara teliti dan tepat waktu. Seluruh pihak yang terlibat terus berupaya menjaga kualitas serta keamanan konstruksi yang sesuai standar.
Pembangunan Patung Haluoleo ini telah dirancang sebagai penghormatan bagi tokoh pahlawan nasional Haluoleo, yang dikenal luas di Sulawesi Tenggara sebagai figur sentral dalam sejarah, budaya, serta simbol persatuan tiga etnis besar di daerah ini.
Penempatan patung di bandara bertujuan untuk menggambarkan identitas Bandara Halu Oleo, sebagaimana patung Sultan Hasanuddin yang ada di Bandara Sultan Hasanuddin atau patung Soekarno-Hatta di Bandara Soekarno-Hatta.
Kepala Dinas Cipta Karya Bina Konstruksi dan Tata Ruang Sulawesi Tenggara, Martin Efendi. Foto: Ist
"Selain itu, patung ini diharapkan dapat diakses oleh semua orang, baik wisatawan maupun pendatang, yang keluar dari bandara," ujar Marten Effendi.
Pemilihan lokasi di Bandara Halu Oleo didasarkan pada pertimbangan strategis, setelah sebelumnya ada dua opsi tempat, yaitu Universitas Halu Oleo dan Bandara Halu Oleo.
"Patung ini diharapkan dapat merepresentasikan persatuan dan kesatuan di Sultra. Kawasan sekitar patung nanti juga akan disulap menjadi ruang terbuka hijau (RTH), sehingga dapat berfungsi sebagai tempat rekreasi bagi masyarakat," imbuhnya.
Patung setinggi 9 meter ini diharapkan dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan dan masyarakat lokal. Dengan penempatannya yang strategis di dekat Bandara Haluoleo, patung ini diprediksi akan menjadi objek ikonik bagi siapa saja yang berkunjung ke Sulawesi Tenggara, baik wisatawan nusantara maupun mancanegara.
Patung ini bukan hanya lambang budaya, tetapi juga pengingat atas sejarah yang kuat di wilayah tersebut. Selain itu, pembangunan patung ini sejalan dengan upaya pemerintah provinsi untuk memperkuat identitas lokal serta memperkenalkan kekayaan sejarah dan budaya Sulawesi Tenggara kepada dunia.
Laporan: Feby